Senin, 20 Desember 2010

file perubahan sosial budaya

Masyarakat
(Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Perubahan Sosial Budaya)




Disusun Oleh :
Nur Asiah


PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1432


BAB I
PEMBAHASAN
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dan sebagainya. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
A. Arti Definisi atau Pengertian Masyarakat
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia,
1. Menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
B. Faktor-Faktor atau Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1. Berangotakan minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
C. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan atau disebut sebagai masyarakat yaitu :
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia .

D.Pengertian Masyarakat Global
Masyarakat global mencakup agenda baru global dan hubungan internasional dan mendorong pendekatan-pendekatan inovatif untuk mempelajari isu-isu global dan internasional dari berbagai disiplin ilmu Ini mempromosikan analisis transaksi pada berbagai tingkat, dan khususnya, cara transaksi ini mengaburkan perbedaan antara sub-nasional, nasional, transnasional, internasional dan global.
. Yang selalu mengintegrasikan masyarakat global menimbulkan sejumlah isu global dan hubungan internasional yang tidak cocok dengan nyaman dalam mendirikan 'Paradigma' Di antaranya adalah internasional dan konsekuensi global nasionalisme dan perjuangan untuk identitas, migrasi, rasisme, fundamentalisme agama, terorisme, dan pidana kegiatan, kelaparan, genocides, penyebaran penyakit menular dan wabah penyakit, dan kerusakan lingkungan. Demikian pula, globalisasi superstructures normatif, seperti kapitalisme liberal, atau komunikasi, seperti Internet, pengaruh transaksi di semua tingkat dan tantangan kontrol negara, misalnya melimpah modal dan informasi.
Masyarakat global Oleh karena itu, analisis mempromosikan internasionalisasi dan globalisasi dari berbagai tingkat interaksi sosial dari banyak disiplin, termasuk hubungan internasional, ilmu politik, filsafat politik, ekonomi politik internasional, hukum internasional, analisis konflik internasional dan sosiologi.
E.Macam –Macam Masyarakat Global
A.masyarakat menurut kebinekaan budaya dapat dibagi-bagi kedalam masyarakat Indonesia dalam berbagai perkembangan budaya dibawah ini.
1) masyarakat terisolasi
Masyarakat terisolasi terdiri dari suku yang hidupnya terpencil dari suku dan masyarakat lain, misalnya di tengah-tengah hutan daerah rawa, atau pegunungan yang tinggi. karena isolasinya itu kebudayaaan masyraakat terbentuk sebagai adat yang tumbuh dan berkembang dari pengalaman hidupnya sendri tanpa pengaruh yang berarti dari luar. Pemerintah secara resmi menamakan suku terasing. Karena isolasinya itu maka pengruh pemerintah pun boleh dikatakan belum menyentuh kehidupan mereka.struktur kekuasaan berada ditangan kepala suku.
2) Masyarakat Tradisional
Yang dimaksud dengan masyarakat tradisional adalah pada umumnya berupa masyarakat petani, termasuk nelayan dan peternak. Ditinjau dari sudut mata pencariannya maka masyarakat ini homogen. Hampir semua masyarakatnya atau warganya memiliki mata pencarian dibidang yang sama. Meskipun masyarakat ini sudah mempunyai hubungan dengan masyarakat yang lain.hubungan itu terbatas pada masyarakat pedesaan lainnya dan relatif hanya sedikit dengan masyarakat perkotaan, sehingga pengaruh modernisasi hanya lemah saja.
Tata hidup mereka bersifat kekeluargaan dengan gotong royong dan musyawarah untuk mufakat sebagai cirinya.



3) Masyarakat peralihan
Masyarakat ini kebanyakan terdapat dikota-kota kecil yang mempunyai hubungan dengan kota-kota lain melaluisistem transfortasi, telekomunikasi dan media komunikasi.tata hidup menurut adat masih berlaku tetapi hanya pda generasi tua dan dewasa sedang tata hidup genersi muda sudah banyak dipengaruhi oleh arus modernisasi. Karen sumber penghasilan masyarakat untuk sebagian besar sudah lepas dari pertanian maka diversifikasi profesi dan golongan dengan sikap hidup yang individualistik makin lama makin mendesak adat.
4) masyarakat modern
Dalam masyarakat modern terdapat dikota-kota besar, adat berperan hanya kadang-kadang saja dalam upacara keluarga dan hari-hari nasional. Di bidang lainnya orietasi masyarakat lebih banyak digerakkan pada kehidupan yang serba modern dengan kebebasan yang berprilaku individu serta perhatian kepada keadaan sekarang dan keadaan dimasa yang akan datang. Hubungan keluar masyarakat tidak lagi terbatas pada hubungan nasional saja, akan tetapi masyarakat modern mengikuti pola hubungan global dengan masyarakat yang lain diseluruh dunia. Diversifikasi sosial, persaingan, dan kepercayaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan ciri-ciri yang tampak jelas pada masyarakat modern.
5) Masyarakat Adat adalah masyarakat pribumi
Secara singkat dapat dikatakan bahwa secara praktis dan untuk kepentingan memahami dan memaknai Deklarasi ini di lapangan, maka kata "masyarakat adat" dan "masyarakat/penduduk pribumi" digunakan silih berganti dan mengandung makna yang sama. Pandangan yang sama dikemukakan dalam merangkum konsep orang-orang suku dan populasi/orang-orang asli dari menyatakan "secara praktis ternyata mereka yang menyebut dirinya sebagai orang asli atau orang suku menyetujui agar kedua istilah ini digunakan secara sinonim:
Bangsa, suku, dan masyarakat adat adalah sekelompok orang yang memiliki jejak sejarah dengan masyarakat sebelum masa invasi dan penjajahan, yang berkembang di daerah mereka, menganggap diri mereka beda dengan komunitas lain yang sekarang berada di daerah mereka atau bukan bagian dari komunitas tersebut. Mereka bukan merupakan bagian yang dominan dari masyarakat dan bertekad untuk memelihara, mengembangkan, dan mewariskan daerah leluhur dan identitas etnik mereka kepada generasi selanjutnya; sebagai dasar bagi kelangsungan keberadaan mereka sebagai suatu sukubangsa, sesuai dengan pola budaya, lembaga sosial dan sistem hukum mereka.
F. Pengertian Integritas Nasional
Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Istilah integrasi mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh / bulat. Istilah nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan nasional (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1989 dalam Suhady 2006: 36). Hal-hal yang menyangkut bangsa dapat berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan, agama, budaya, wilayah/daerah dan sebagainya
.
Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah di atas maka integritas nasional identik dengan integritas bangsa yang mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1989 dalam Suhady 2006: 36-37) yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan kesimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa. Integritas nasional sebagai suatu konsep dalam kaitan dengan wawasan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan pada aliran pemikiran/paham integralistik yang dicetuskan oleh G.W.F. Hegl (1770- 1831 dalam Suhady 2006: 38) yang berhubungan dengan paham idealisme untuk mengenal dan memahami sesuatu harus dicari kaitannya dengan yang lain dan untuk mengenal manusia harus dikaitkan dengan masyarakat disekitarnya dan untuk mengenal suatu masyarakat harus dicari kaitannya dengan proses sejarah.
G.Integritas Bangsa
Selama lebih dari setengah abad, bangsa Indonesia telah menghirup kemerdekaan dinafas kehidupan. Dalam catatan sejarah yang termaktub di setiap teks keabadian, naskah perjalanan Indonesia terus bergulir seiring perkembangan menjadi bangsa besar. Kebhinekaan menjadi indentitas kebesaran bangsa yang wilayahnya berserak oleh selat dan samudra. Keragaman identitas tersebut seolah menjadi tombak yang siap dijadikan senjata, yang akan menjadi perisai menghadapi medan kontestasi dunia, akan tetapi, juga menjadi bumerang yang siap menikam.
Analogi tersebut memang tidak salah jika digunkan untuk menggambarkan bangsa ini. Karena dengan kondisi bangsa yang besar, sudah semestinya Indonesia menjadi sebuah bangsa yang cukup diperhitungkan di kancah pergaulan global. Namun pada kenyataannya, eksistensi Indonesia dalam percaturan negara-negara dunia semakin kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa yang besar.
Munculnya riak permasalahan tersebut memang tidak lepas dari berbagai aspek. Dari segi politik, wajah kusam masa depan keindonesiaan mengakibatkan, bangsa ini semakin tersisih dalam percaturan politik dunia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia mengalami kemunduran semenjak terjadi krisis multidimesi beberapa tahun yang lalu. Atau permasalahan yang berakar dari bangsa ini sendiri, seperti masalah SARA yang sempat terjadi di Ambon, Sampit, Poso, Papua, dan beberapa daerah lain yang sampai saat ini belum selesai. Masalah-masalah tersebut seolah mengisyaratkan rapuhnya bangunan besar yang bernama Indonesia.
Wilayah Indonesia yang begitu besar memang bukan semata-mata warisan sejarah. Karena semenjak wilayah nusantara dijajah, identitas kerajaan besar yang saat itu berkuasa seperti Majapahit, Demak, Mataram, dan lainnya sudah terhapus sejak lama. Hanya kesadaran masyarakat yang saat itu yang dimulai dari Budi Utomo (1908), sampai Sumpah Pemuda (1928), hingga kemerdekaan (1945) yang di dapat adalah pengorbanan yang luar biasa dari bangsa Indonesia.
Kini saatnya, bangsa Indonesia berkaca pada sejarah perjuangan bangsa untuk memperoleh kemerdekaan. Rasa nasionalisme perlu kembali dibangun untuk mengantarkan bangsa ini pada integrasi. Semangat untuk menggapai kejayaan hendaknya digapai, dengan berjuang keras menempa human resources anak bangsa. Pendidikan progresif-transformatif seharusnya diaktualisasikan dalam ranah faktual, agar generasi muda bangsa ini, siap menghadapi gempuran kontestasi. Need for achievement, semangat berkompetisi dan keteguhan mendekap jejak integrasi, hendaknya menjadi karakter dasar yang tertanam kuat dalam kehidupan bangsa.
H. Pluralisme Budaya
Indonesia adalah negara dengan ragam bahasa, agama dan etnis. Indonesia memiliki kompleksitas budaya yang plural dan heterogen. Konflik yang terjadi di Indonesia sering kali bersumber dari adanya perbedaan dan pertentangan antar latar belakang sosio kultural. Pendekatan pluralisme budaya merupakan sebuah alternatif dalam kaitannya dengarelasi sosial diantara kelompok-kelompok etnis dan kebudayaan. Pendekatan ini dapat dipakai sebagai strategi pemecahan konflik maupun pembangunan modal kedamaian sosial.
Pluralisme menunjuk saling penghormatan antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan antara kaum minoritas dan mayoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekpesikan nkebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata kleden, (2000:5) ,”..penyeragaman adalah kekersan terhadap perbedaan, pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.

Dalam praktek pekerjaan sosial, pluralisme budaya merupakan sebuah” ideologi” yang kuat yang mengharuskan para pekerja sosial untuk memahami sejarah, tradisi-tradisi yang berbeda , peranan-peranan, pola-pola keluarga, simbol-simbol budaya, dan relasi–relasi mayoritas-minoritas. Pemahaman, sensitifitas, dan kterampilan pekerjaan sosial, dengan menekankan para pekerja sosial untuk senantiasa mampu menghindari kecenderungan memaksakan kehendak dirinya, kepercayaannya dan bahkan keyakinan-keyakinan akademiknya dalm membantu orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda-beda.
Pluralitas kebudayaan tidak saja mengakui keanekaragaman sistem nilai budaya berbagai negara-negara yang berbeda, melainkan juga mengharuskan pengembangan keberanekaragaman tersebut supaya aliran global dapat diimbangi dengan aliran lokal, setidaknya aliran nasional atau aliran regional. Dalam pengertian ini berarti bahwa budaya dunia tidak lagi selalu mengacu pada modernitas barat saja, melainkan juga mulai menghargai atau memahami budaya lain. Aliran pluralisme tidaklah mudah untuk merealisasikannya dalam kenyataannya.
Dalam politik luar negeri, ketika politik luar negeri berbagai negara harus berbenturan dalam politik internasional, yang menjadi permasalahan dalam mencapai keberhasilan bukanlah pada konteks boleh atau tidak boleh, melainkan bisa atau tidak bisa. Dalam hal ini kekuatan atau kemampuan nasional lebih menentukan dari pada kemauan atau kepentingan nasional. Artinya, boleh saja negara-negara berkembang menuntut agar kebudayaan dunia diatur dalam pola yang pluralistik supaya nilai kesederajatan antar bangsa dapat terwujud. Namun perlu juga diketahui bahwa untuk merealisasikan tuntutan tersebut harus juga didukung dengan dengan sejumlah kemampuan untuk meyakinkan opini internasional bahwa pandangan pluralistik itu memeng bermanfaat.
Pluralisme dan globalisme dapat dikatakan mempunyai perkembangan yang berbeda-beda. Ketika konstelasi kebudayaan dunia dipolakan dalam konteks maju dan berkembang, maka realitas negara-negara berkembang yang inferior seharusnya tidak diartikan sebagai kekalahan, melainkan dapat saja dianggap sebagai pemicu untuk melompat lebih jauh.
Ketika pluralisme budaya dunia memberikan peluang pada masyarakat negara berkembang untuk tampil berbeda, maka seharusnya diartikan sebagai peluang untuk menggali kebudayaan lokal yang memang unik, yang khas, sekaligus dapat membantu mencapai kepentingan nasional dalam percaturan politik internasional. Pluralisme adalah peluang untuk tampil khas, dan globalisme adalah peluang untuk tampil khas yang lain lagi.
Dari segi kebudayaan maka, kebudayaan global adalah sektor-sektor kebudayaan yang memiliki infrastruktur yang bersifat universal. Sektor budaya apapun yang didukung oleh media universal, baik bahasa, peralatan medianya maupun rekayasa artistiknya, berpeluang menjadi kebudayaan global.















Daftar Pustaka
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat global
Selo Soemardjan,1991 .Pengembangan sumber daya manusia Indonesia menjelang abad 21.. Jakarta: majalah bulanan Ilmu dan Budaya.No.8/MeiTahun XII.

http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Adat

http://revitalisasi-integritas-bangsa
Diplomasi kebudayaan, Turus Warsito dan Kartika Sari wahyuni. Hal : 42-45
http://blog.beswandjarum.com/septinanafiyanti/



















Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dan sebagainya. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Masyarakat global mencakup agenda baru global dan hubungan internasional dan mendorong pendekatan-pendekatan inovatif untuk mempelajari isu-isu global dan internasional dari berbagai disiplin ilmu Ini mempromosikan analisis transaksi pada berbagai tingkat, dan khususnya, cara transaksi ini mengaburkan perbedaan antara sub-nasional, nasional, transnasional, internasional dan global.